POLMAN, Media Central Newscom – Jumat pagi itu, Desa Pussui di Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, dikejutkan oleh kabar duka. Sesosok jasad lelaki ditemukan membujur kaku di dasar tebing, sekitar 70 meter dari permukaan gunung. Angin yang berembus membawa aroma kematian—bau busuk yang menyayat, pertanda bahwa sang tubuh telah lama menanti ditemukan.
Korban adalah Yunus (29), warga Desa Tenggelang. Ia dilaporkan hilang sejak Senin malam, 26 Mei 2025. Saat itu, ia berpamitan kepada keluarganya hendak mengunjungi orang tuanya di Desa Lampoko, Kecamatan Campalagian. Namun malam itu menjadi awal dari misteri yang menyelimuti kepergiannya.
Pencarian mulai dilakukan oleh keluarga keesokan harinya. Hari demi hari berlalu tanpa kabar, hingga Kamis (29/5), secercah harapan muncul parang milik Yunus ditemukan oleh dua warga, Saeha (44) dan Ramalang (60), di dekat sebuah jurang. Petunjuk itu menjadi titik balik pencarian.
Esok paginya, Jumat pukul 09.30 WITA, dua saksi mata, Ahmad (27) dan Najib (35), menyusuri jalur curam di sekitar lokasi ditemukannya parang. Di dasar jurang, terbaring tubuh yang tak lagi bernyawa. Yunus telah ditemukan tapi tidak dalam keadaan yang diharapkan siapa pun. Tubuhnya telah membusuk, tanda telah lama meninggal. Air mata dan kelegaan bercampur dalam suasana hening penuh duka.
Pihak kepolisian dari Polres Polman yang dipimpin Kanit Resum Sat Reskrim Iptu Iwan Rusmana segera tiba di lokasi. Bersama tim gabungan dari Polsek Campalagian, Polsubsektor Luyo, dan warga setempat, mereka melakukan olah tempat kejadian perkara dan membantu proses evakuasi yang tidak mudah di medan curam dan berbatu.
Polisi juga berkoordinasi dengan tim Basarnas untuk memastikan prosedur evakuasi berjalan aman. Setelah proses identifikasi, keluarga akhirnya mengonfirmasi bahwa jenazah tersebut adalah Yunus. Dengan hati yang berat, mereka menerima kenyataan pahit ini. Mereka menyatakan bahwa insiden tersebut murni kecelakaan Yunus diduga terpeleset dan terjatuh dari ketinggian saat melintas di jalur pegunungan yang terjal.
Dengan ikhlas, keluarga menolak proses autopsi dan menandatangani surat pernyataan resmi. Yunus pun dimakamkan di tanah kelahirannya, dikelilingi keluarga dan kerabat yang mengantarkan kepergiannya dengan doa dan air mata.
Kisah Yunus menjadi pengingat betapa tipis batas antara rutinitas dan tragedi. Sebuah langkah kecil di jalur licin bisa mengubah segalanya. Dan dalam sepi jurang yang tak bersuara, ia mengakhiri perjalanan hidupnya sendiri, namun kini dikenang oleh mereka yang mencintainya. (**)
Laporan : KUD